OJK Dukung Peningkatan Peran Sektor Jasa Keuangan Selama 2022 dan Perkuat Daya Tahan Serta Integritas pada 2023

CAHYAMEDIA (JAKARTA) – Senin (2/1/2023), Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Desember 2022 menilai stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan (LJK) konsisten tumbuh meningkat, sehingga dapat mempertahankan momentum peningkatan kinerja perekonomian nasional di tengah tingginya ketidakpastian global.
Pengetatan kebijakan moneter global secara umum terus berlanjut. Bank sentral global
utama mensinyalkan peak kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan panjang. Bank
of Japan (BoJ) juga mulai memperluas range fluktuasi Japanese Government Bonds
(JGB) 10Y yang dinilai pasar sebagai permulaan langkah normalisasi kebijakan ke
depan. Sementara itu, Pemerintah Tiongkok mulai melakukan reopening ekonominya
dari zero Covid policy yang diperkirakan akan meningkatkan ketidakpastian di
Tiongkok dalam beberapa waktu ke depan. Perkembangan tersebut mendorong
indikator perekonomian global secara umum dalam tren melemah.
Sejalan dengan dinamika perekonomian global, indikator perekonomian domestik
terkini menunjukkan kinerja ekonomi nasional mulai mengalami moderasi tetapi
masih di level yang cukup baik, terlihat dari neraca perdagangan yang terus
mencatatkan surplus, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang masih
berada di zona ekspansi, dan indikator konsumsi masyarakat yang tetap tumbuh
positif.
Bank Indonesia kembali meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 bps untuk
menurunkan ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar. Namun demikian,
kinerja intermediasi sektor keuangan belum terlalu terdampak atas kenaikan suku
bunga dimaksud.
Perkembangan Pasar Modal
Pasar saham hingga 30 Desember 2022 melemah 3,26 persen mtd ke level 6.850,62
dengan non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp20,91triliun mtd. Secara ytd,
IHSG tercatat menguat sebesar 4,09 persen dengan non-resident membukukan net buy
sebesar Rp60,58 triliun.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 0,82 persen mtd dan 3,60 persen
ytd ke level 344,78. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana masuk investor nonresident tercatat sebesar Rp236,57 miliar (mtd) atau Rp199,51 miliar (ytd).Di pasar
SBN, non-resident mencatatkan inflow Rp25,43 triliun (mtd) sehingga mendorong
penurunan yield SBN rata-rata sebesar 6,24 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield
SBN telah meningkat rata-rata sebesar 51,30 bps di seluruh tenor dengan non-resident
mencatatkan net sell sebesar Rp128,98 triliun1.
Lebih lanjut, kinerja reksa dana mengalami penurunan tercermin dari penurunan Nilai
Aktiva Bersih (NAB) sebesar 1,47 persen (mtd) di Rp 504,62 triliun dan tercatat net
redemption sebesar Rp0,76 triliun (mtd). Secara ytd, NAB turun sebesar 12,76 persen
dan masih tercatat net redemption sebesar Rp79,11 triliun¹.
Minat untuk penghimpunan dana di pasar modal hingga 30 Desember 2022 masih
terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp267,73 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak
71 emiten yang merupakan rekor tertinggi jumlah emiten baru. Di pipeline, masih
terdapat 84 rencana Penawaran Umum dengan nilai sebesar Rp81,41 triliun yang
diantaranya merupakan rencana IPO yang akan dilakukan oleh Emiten Baru sebanyak
58 perusahaan.
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang
merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, telah terdapat 14 penyelenggara yang
telah mendapatkan izin dari OJK dengan 337 Penerbit, 136.779 pemodal, dan total
dana yang dihimpun sebesar Rp721,84 miliar.
Di tahun 2022, jumlah investor pasar modal telah mencapai 10,31 juta investor yang
merupakan milestone baru bagi industri pasar modal. Dukungan kemudahan
masyarakat mengakses instrumen pasar modal dan perluasan kanal distribusi
terutama secara digital mendukung lonjakan pertumbuhan investor sebesar 37,68
persen (yoy).
Perkembangan Sektor Perbankan
Kredit perbankan pada November 2022 tumbuh meningkat menjadi 11,16 persen yoy,
utamanya ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh sebesar 13,15 persen yoy,
sementara kredit modal kerja dan konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 11,27
persen dan 9,10 persen. Adapun, secara mtm, nominal kredit perbankan naik sebesar
Rp13,96 triliun menjadi Rp6.347,5 triliun. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK). (ida/rls)

Comment